Bagai bulan yang tak pernah bersapa pada
matahari
Padahal mereka berdua sama-sama
menyinari
Langit pun menangis melihat kisah mereka
yang miris
Biarlah, hanya bulan dan matahari yang
mengetahui alasan yang logis
Sempat terfikir akan suatu celah nan
dalam
Putih yang menembus pada hitamnya malam
Tiba-tiba adanya secercah cahaya nan
terang
Begitu menyinari, namun sinarnya
berkurang
Langit seolah ingin bercerita
Segala kegundahan dan derita
Tak sanggup menampung uap dari lautan
Yang seketika berubah menjadi air buatan
Aku umpama sepotong bulan yang tak
sempurna
Kau umpama lingkaran matahari yang penuh
warna
Aku dan kau adalah kita
Yang mungkin tak kan bertatap mata.
Quatrain _ Sajak 4 Seuntai.
29 April 2014 pukul 08:26.
Oleh Nadhilah Cahya Oktaviani
Tidak ada komentar:
Posting Komentar